Seperti yang diungkapkan Suharna, petani asal Desa Cikaso, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, yang mengaku hasil panen musim ini berkurang drastis karena serangan hama tikus.
Sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi berkualitas bagus masih menjadi kendala para petani di Kabupaten Kuningan.
Di atas lahan miliknya seluas 40 bata (1 bata = 14 m2), gabah yang dihasilkan hanya 2 kwintal saja. Padahal, biasanya mendapatkan gabah minimal 3 kwintal per satu kali panen.
Sementara itu, petani asal Desa Winduhaji, Didin, mengaku memilih untuk menjemur terlebih dahulu gabah yang baru dipanen. Setelah dijemur sekitar seminggu, gabah yang dipanen pun menjadi lebih kering dan dihargai Rp 9 ribu oleh penggilingan.
Meskipun produktivitas menurun, Suharna bersama petani lainnya di area sawah setempat mengaku masih beruntung karena harga gabah masih tinggi. Setelah dijemur sekitar 3 hari untuk mengurangi kadar air, gabah tersebut dihargai Rp 8.700 per kilogram hingga Rp 9.000 per kilogram.
Kini kedua petani tersebut tengah bersiap untuk memulai musim tanam kedua dengan menjual seluruh hasil panen sebelumnya. Mereka berharap serangan hama tidak sehebat sebelumnya, sehingga hasil panen dapat menghasilkan gabah maksimal.