PILARadio.com – Davin Sofyan, seorang pria asli dari Ngawi, Jawa Timur, tidak pernah menduga bahwa perjalanan sederhana istrinya, Nira Pranita Asih (31), untuk mencabut gigi di klinik dokter gigi umum akan berujung tragis. Nira datang ke klinik dengan harapan menjalani prosedur rutin tanpa kendala, membawa hasil rontgen gigi sebagai bagian dari persiapan pemeriksaan. Namun, ketika dokter gigi umum tersebut memutuskan untuk mencabut gigi bungsu Nira, harapan menjadi duka.
Meskipun tindakan pencabutan gigi dilakukan dengan penuh perhatian, keadaan berubah drastis setelahnya. Mulut Nira mengalami pembengkakan yang tidak biasa dan terinfeksi, menandakan bahwa sesuatu telah berjalan tidak semestinya. Keprihatinan mereka semakin meningkat ketika klinik tempat mereka melakukan tindakan tersebut tutup pada malam tahun baru, meninggalkan mereka dalam kebingungan yang tidak terduga.
Dalam upaya mencari pertolongan, Nira dan Davin mengunjungi rumah sakit lain, di mana Nira didiagnosis menderita radang tenggorokan sebagai akibat dari prosedur pencabutan gigi yang dilakukan. Meskipun pembengkakan mulai mereda setelah perawatan awal di rumah sakit tersebut, Nira terus mengalami kesulitan bernapas yang semakin parah.
Dokter kemudian menyarankan agar Nira dioperasi untuk mengatasi infeksi yang telah menyebar ke tenggorokan dan saluran pernapasan. Meskipun upaya medis telah dilakukan dengan sungguh-sungguh, kesempatan untuk menyelamatkan nyawa Nira sudah semakin menipis. Operasi yang dilakukan tidak mampu menghentikan gelombang peradangan yang telah menjangkiti tubuhnya, dan Nira Pranita Asih akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 27 April 2024.
Davin, dalam kepedihan yang mendalam, berusaha mencari keadilan dan pertanggungjawaban atas kepergian tragis istrinya. Namun, respons dari klinik dan dokter yang bertanggung jawab terhadap tindakan itu tampaknya menghilang, meninggalkan Davin dalam kebingungan dan kesedihan yang tak terlukiskan.
Kisah tragis ini menyoroti kompleksitas perawatan medis dan tanggung jawab dokter dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan aman bagi pasien mereka. Sebuah prosedur medis yang seharusnya rutin dan sederhana dapat berubah menjadi kisah kehilangan yang menyayat hati, menggugah pertanyaan tentang standar perawatan dan etika medis yang mendalam dan kompleks