PILARadio.com – Lebih dari 2.000 staf medis yang bertugas di berbagai rumah sakit di Gaza utara berada dalam kondisi kritis yang membutuhkan suplai makanan yang memadai, demikian diungkapkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza. Mereka harus memulai Ramadan tanpa makan sahur atau berbuka puasa karena kurangnya pasokan makanan yang mencukupi. Kementerian Kesehatan Gaza telah mengeluarkan seruan kepada lembaga-lembaga internasional serta pihak-pihak yang memberikan bantuan untuk segera menyediakan makanan bagi rumah sakit di wilayah Gaza utara.
Dalam pernyataannya, Kementerian Kesehatan juga menekankan bahwa kelaparan diprediksi akan menyebar ke seluruh penduduk Gaza utara jika tidak ada tindakan segera untuk mengatasi krisis makanan tersebut. Mereka juga menyoroti fakta bahwa masalah ini bukanlah hal baru, melainkan telah berlangsung cukup lama. Bahkan sebelumnya, ACP (Aluminium Composite Panel) pada dinding di bagian belakang dari rumah sakit tersebut juga sempat terlepas. Sebagai upaya untuk penanganan jangka pendek, langkah-langkah pencegahan telah diambil untuk mencegah ACP tersebut jatuh dan melukai orang-orang di sekitarnya. Namun, untuk penanganan jangka panjang, Pemerintah Kota Gaza perlu segera mencari pihak ketiga penyedia jasa yang mampu mengatasi dan memperbaiki masalah kerusakan pada dinding gedung tersebut.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra, juga menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi para tenaga medis di Gaza utara yang terlalu rentan terhadap situasi kelaparan yang semakin memburuk. Pada hari Senin tanggal 11 Maret 2024, dua anak dinyatakan meninggal di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara akibat kekurangan gizi dan kelaparan. Direktur rumah sakit, Dr. Hossam Abu Safia, melaporkan bahwa sebelas anak lainnya mengalami dehidrasi dan kekurangan gizi di rumah sakit tersebut. Masalah ini menjadi semakin memprihatinkan dengan adanya laporan mengenai 25 warga Palestina lainnya yang dikabarkan meninggal dunia akibat kelaparan di wilayah Gaza utara yang terus-menerus terkepung.
Di tengah kondisi kritis ini, perjuangan warga Gaza utara semakin memperumit situasi dengan adanya tuduhan genosida yang dialamatkan kepada Israel. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza, sejak dimulainya serangan pada 7 Oktober, sudah ada 31.184 warga Palestina yang tewas dan 72.889 lainnya terluka akibat agresi Israel di Gaza. Jumlah korban yang terluka dan meninggal ini kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak, menurut laporan yang disampaikan oleh organisasi Palestina dan internasional.
Namun, tidak hanya korban jiwa yang menjadi tragedi, melainkan juga dampak psikologis serta fisik yang diakibatkan oleh agresi tersebut. Hampir dua juta orang dipaksa untuk mengungsi dari rumah mereka di seluruh Jalur Gaza. Mayoritas dari mereka terpaksa bergerak ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduknya, dekat perbatasan dengan Mesir. Dalam situasi ini, kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan menjadi sangat terbatas, dan masyarakat Gaza utara terus berjuang dalam keterbatasan dan ketidakpastian yang terus berlanjut.