PILARadio.com – Iklan sebuah gereja di Meksiko yang “menjual sebidang tanah di surga” menjadi viral pada pekan ini. Video tersebut menyedot perhatian warganet setelah sejumlah influencer mengunggahnya di TikTok. Banyak yang penasaran dan membicarakan fenomena ini, menjadikannya topik hangat di berbagai platform media sosial.
Menurut laporan NDTV, banyak media arus utama yang menerbitkan berita tentang gereja Iglesia del Final de los Tiempos. Mereka mengatakan bahwa gereja ini telah mengumpulkan jutaan dolar melalui penjualan tanah yang menjanjikan “tempat di surga.” Berita ini menghebohkan publik dan memicu perdebatan luas mengenai keabsahan dan etika dari penawaran tersebut.
Namun, NDTV juga mengungkapkan fakta yang berbeda. Gereja yang menjadi berita utama itu sebenarnya adalah gereja Evangelis satir yang mengolok-olok para pendeta yang suka memberi janji-janji muluk. Laman organisasi ini sangat populer di media sosial dan dikenal karena postingannya yang kerap mengundang kontroversi dan tawa.
Kesepakatan tanah yang disebut dalam iklan mengklaim bahwa harga awal untuk kavling-kavling tersebut adalah 100 dolar AS per meter persegi. Pembeli yang berminat dapat membayar menggunakan American Express, Apple Pay, atau membuat rencana pembayaran. Pendeta gereja itu bahkan dikutip mengatakan bahwa dia, “Berbicara pada tahun 2017 kepada Tuhan yang mengizinkan penjualan kavlingnya.” Pernyataan ini semakin menambah keanehan dari keseluruhan cerita.
Banyak pengguna media sosial yang membagikan berita ini, sehingga rentetan komentar pun bermunculan. “Saya berharap seorang pendeta akan mencoba menjual tanah di surga kepada saya… Saya akan mengirimnya ke sana dan menyuruhnya untuk melakukan FaceTime dengan saya agar saya bisa melihat apa yang saya beli,” tulis seorang pengguna. Komentar lain berbunyi, “Saya perlu tahu siapa yang menyumbang agar saya bisa memberi tahu mereka bahwa saya menawarkan diskon untuk Tanah di surga.” Ada juga yang berkata, “Mengatasnamakan Tuhan itu jahat.”
Pencarian umum dengan nama gereja tersebut menghasilkan halaman Facebook dari organisasi tersebut, yang menyebutkan bahwa gereja itu dibuat “hanya untuk bersenang-senang.” Halaman ini dikenal karena memposting berita-berita aneh dan satir, seperti melarang wanita menunggang kuda dan menyebut wanita sebagai “tulang rusuk.”
Fenomena ini menggambarkan betapa mudahnya informasi satir dan parodi menjadi viral di era media sosial, serta bagaimana masyarakat dapat bereaksi terhadap berita yang belum tentu benar. Meskipun banyak yang terhibur, tidak sedikit pula yang merasa terganggu dan mempertanyakan moralitas di balik tindakan gereja tersebut. Kasus ini juga menunjukkan pentingnya literasi media dan kritis dalam menerima informasi yang beredar di internet.