PILARadio.com – Badan Aksi Ranjau Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNMAS) memperingatkan ancaman serius dari persenjataan yang belum meledak di Jalur Gaza, Palestina. Hal ini terjadi seiring kembalinya masyarakat dan pekerja bantuan ke wilayah yang rusak akibat pemboman Israel selama dua tahun terakhir.
Kepala UNMAS di Wilayah Pendudukan Palestina, Luke David Irving, menyoroti risiko tinggi ledakan dari sisa bahan peledak di Gaza. “Risiko ledakan meningkat saat masyarakat dan personel kemanusiaan bergerak di daerah terdampak,” kata Irving, dikutip dari Arab News, 22 Oktober 2025.
UNMAS mencatat lebih dari 328 insiden cedera dan kematian akibat persenjataan belum meledak sejak Oktober 2023, termasuk lima anak terluka minggu lalu. Jumlah sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi. Tim UNMAS juga telah menemukan 560 benda persenjataan peledak yang dapat diakses, namun tingkat kontaminasi lengkap masih belum diketahui.
Ancaman bom belum meledak diperkirakan akan bertahan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, membahayakan warga yang kembali ke lingkungan mereka dan anak-anak yang bermain di zona terdampak. Petugas kemanusiaan pun menghadapi risiko tinggi saat memasuki lokasi berbahaya.
UNMAS menekankan pentingnya aksi ranjau kemanusiaan untuk membuka akses bantuan dan pemulihan. Sejak Maret 2025, UNMAS telah menjangkau sekitar 460.000 orang di Gaza dengan kampanye edukasi risiko melalui selebaran, stiker, dan materi kesadaran lainnya.
Selain itu, UNMAS melakukan penilaian teknis terhadap infrastruktur penting seperti jalan, pusat kesehatan, dan fasilitas air untuk mendukung operasi kemanusiaan dan pemulihan dini. Sejak gencatan senjata 10 Oktober, UNMAS menerima hampir 100 permintaan dukungan pembersihan bahan peledak, dengan rata-rata 10 permintaan per hari.
Pemulihan jangka panjang Gaza bergantung pada persetujuan pengerahan peralatan pembuangan bahan peledak secara luas. Irving meminta agar peralatan penting ini segera didatangkan untuk mempercepat pemulihan.
Sumber : www.voi.id